Kamis, 01 September 2016

Apa itu kode morse?



Salam Pramuka!

Halo Kakak pembaca, setelah sebelumnya kakak sudah membaca tentang Sejarah Penemu Kode Morse. Kali ini Scoutman akan menjelaskan kode morse itu sendiri, so lets go!



Kode Morse atau 'Sandi Morse' adalah sistem representasi huruf, angka, tanda baca dan sinyal dengan menggunakan kode titik dan garis yang disusun mewakili karakter tertentu pada alfabet atau sinyal (pertanda) tertentu yang disepakati penggunaannya di seluruh dunia. Kode Morse diciptakan oleh Samuel F.B. Morse dan Alfred Vail pada tahun 1835. Berikut beberapa informasi mengenai Kode Morse :



Perkembangan

1. Awal penggunaan

Kode morse pertama kali digunakan secara luas setelah teknologi radio dan telegrafi berkembang pesat di akhir abad ke-19. Pada awal-awal penggunaannya kode morse dipakai untuk pengiriman pesan antara dua tempat yang terpisah jauh dengan menggunakan teknologi radio CW (constant wave) atau gelombang tetap sebelum ditemukannya komunikasi radio dengan suara. Hal ini dikarenakan radio pada masa awalnya masih pada penggunaan gelombang rendah, yang tidak mampu mengirimkan gelombang suara, namun dapat mengirimkan bunyi sederhana seperti bunyi panjang-pendek dari kode morse.

Kode morse tidak lagi dipergunakan sebagai modul komunikasi resmi Angkatan Laut internasional pada tahun 1997 dan diganti dengan sistem GMDSS yang menggunakan satelit, bukannya gelombang radio, namun sampai saat ini kode morse masih aktif digunakan dalam komunikasi jarak jauh antar kapal laut atau menara darat internasional.

2. Penggunaan Sipil

Pada masa awal perkembangannya hingga pertengahan abad ke-20, kode morse yang dikirim melalui telegraf adalah media komunikasi yang jangkauannya terluas dan tercepat, dan menjadi sarana utama pengiriman berita di kantor-kantor pos di seluruh dunia hingga saat telepon menjadi populer di masyarakat. Namun hingga saat ini, radio amatir (radio non pemerintah, komersial maupun militer), termasuk ORARI Indonesia masih aktif menggunakan kode morse baik untuk berkomunikasi maupun berpartisipasi dalam kontes.

Kode morse juga masih dicantumkan dalam pedoman radiotelepon Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO), walaupun hanya digunakan dalam keadaan tertentu saja. Pelayaran sipil juga masih menggunakan kode morse untuk komunikasi jarak jauh.

Sinyal yang paling umum disepakati dan digunakan dalam Kode Morse adalah sinyal "SOS" (... --- ...), yaitu kode yang digunakan sebagai tanda adanya bahaya yang telah disepakati oleh berbagai perjanjian maritim internasional, dan di beberapa negara dan wilayah menggunakan tanda ini di luar situasi gawat darurat dapat berakibat kepada ancaman hukuman. Kapal yang berada dalam bahaya dapat mengirimkan tanda ini sebagai sinyal darurat, baik dalam bentuk sinyal radio, lampu tanda, peluit atau bendera.

Metode dan Cara Penggunaan

Durasi pengiriman kode morse diukur dalam satuan Kata Per Menit (word per minute; disingkat WPM), dan berkisar di antara 8-50 WPM di dalam penggunaannya secara umum melalui jaringan radio atau media lain.






Tombol transmisi morse tipe satu tombol. Model ini umum digunakan sejak Perang Dunia ke-2. Kini model varian dua tombol (masing-masing untuk titik dan garis) lebih umum digunakan dalam pengiriman kode morse.



Kode morse dalam kepramukaan
Kode morse juga digunakan dan dipelajari di dunia kepramukaan atau kepanduan. Dalam dunia kepramukaan kode morse disampaikan menggunakan senter atau peluit pramuka. Kode morse disampaikan dengan cara menuip peluit dengan durasi pendek untuk mewakili titik dan meniup peluit dengan durasi panjang untuk mewakili garis.

Untuk menghafalkan kode ini digunakan metode yang mengelompokkan huruf-huruf berdasarkan bagaimana huruf ini diwakili oleh kode morsenya. Pengelompokan tersebut antara lain Alphabet dengan kode morse yang berkebalikan antara titik dan garis, misalnya huruf K yang diwakili oleh -.- berkebalikan dengan huruf R yang diwakili oleh .-. dan alfabet dengan kode morse berlawanan. Misalnya, huruf A yang diwakili oleh .- dan huruf N yang diwakili oleh -..

Kemampuan menerima dan mengirimkan kode morse merupakan salah satu dari kecakapan yang dapat menerima Tanda Kecakapan Khusus. Kode morse juga digunakan sebagai kunci dalam memecahkan Sandi Rumput.



Alfabet dalam kode morse

  • A • –
  • B – • • •
  • C – • – •
  • D – • •
  • E •
  • F • • – •
  • G – – •
  • H • • • •
  • I • •
  • J • – – –
  • K – • –
  • L • – • •
  • M – –
  • N – •
  • O – – –
  • P • – – •
  • Q – – • –
  • R • – •
  • S • • •
  • T –
  • U • • –
  • V • • • –
  • W • – –
  • X – • • –
  • Y – • – –
  • Z – – • •
Tanda Baca :
  • . • – • – • –
  • , – – • • – –
  • : – – – • • •
  • - – • • • • –
  • / – • • – •
Angka :

  • 1 • – – – –
  • 2 • • – – –
  • 3 • • • – –
  • 4 • • • • –
  • 5 • • • • •
  • 6 – • • • •
  • 7 – – • • •
  • 8 – – – • •
  • 9 – – – – •
  • 0 – – – – –



Metode Penghafalan


Beberapa metode umum digunakan untuk memudahkan penghafalan kode ini, baik visual, auditori dan metode lain yang masih terus berkembang. Nah, metode tersebut akan Scoutman jelaskan di post Tips dan Trik menguasai sandi Morse selanjutnya ya. Sekian. Tetap Memandu!

Sejarah Morse KLIK DISINI


Praja Muda Karana atau Poromuko?

Bapak Pramuka Indonesia dan Mabinas saat itu


Salam Pramuka!


Sesuai janji Kak Scoutman, sekarang Kak Scoutman akan bahas mengenai arti Pramuka. Selama ini kita tahu bahwa Pramuka merupakan singkatan dari Praja Muda Karana. Tapi ternyata asal mula kata tersebut berasal dari kata Poromuko yaitu semacam Pasukan yang berdiri paling depan dalam peperangan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX.

Biar gak bingung berikut kutipan Kang Dede dari buku berjudul SRI SULTAN Hari-Hari Hamengku Buwono IX yang tertulis dibuku itu pada halaman 48 sampai 51, asli dikutip dari bukunya tanpa perubahan sedikitpun.






Jasa Sri Sultan juga membekas dalam kegiatan kepramukaan. Setelah proklamasi 1945 pemerintah mencoba mengadakan fusi atas berbagai organisasi kepanduan (itulah istilah lama untuk kepramukaan). Organisasi-organisasi kepanduan itu biasanya terpisah-pisah dan berada dibawah underbouw partai politik. Penyatuan itu diusahakan dibawah nama Pandu Rakyat Indonesia. “Tapi, pada waktu itu Sri Sultan belum aktif dalam kepanduan,” kata Mayjen (Purn.) Azis Saleh, 72 tahun, yang juga bekas Ketua Harian Kwartir Nasional Pramuka Indonesia.

Sebelum Penyerahan Kedaulatan 1949 di daerah yang dikuasai RI hanya ada satu organisasi kepanduan. Tapi, pada waktu RIS terbentuk. organisasi kepanduan Indonesia kembali lagi terpecah-pecah. “Kalau dihitung ada sekitar 104 organisasi,” kata Azis Saleh lagi. Karena itulah kemudian muncul lagi gagasan untuk federasi. Sebagai hasilnya, pada awal 1950-an terciptalah dua satu organisasi pandu putera dan dua untuk pandu puteri. Sultan Hamengku Buwono IX kemudian menjabat sebagai Ketua federasi pandu putera yang diberi nama IPPINDO (Ikatan Pandu Putera Indonesia). Walaupun demikian, kondisi kepanduan masih terpecah-pecah sehingga menteri P dan K Bahder Djohan sulit menentukan pembiayaannya.

Pada masa pemerintahan Kabinet Kerja I, 10 Juli 1959-18 Februari 1960, Bung Karno memerintahkan Menteri P dan K Prijono, yang beraliran kiri, untuk mempersatukan organisasi kepanduan Indonesia. Untuk itu pada 1960 diadakan suatu rapat di Ciloto. Sri Sultan yang pada waktu itu juga menjabat Ketua Pengawas Kegiatan Aparatur Negara turut hadir. Rapat itu gagal mempersatukan kegiatan kepanduan. Karena itulah Bung Karno turun tangan dengan memberi instruksi kepada Prijono.




Azis Saleh curiga dengan langkah Prijono yang bermaksud memberi nama Pionir Muda – yang berbau negara komunis – kepada kepanduan Indonesia. Menteri kiri itu juga mencoba mengubah warna kacu (dasi pandu) dengan warna merah. Azis saleh kemudian membocorkan rencana Prijono kepada federasi kepanduan. “Kalau itu jadi, habislah riwayat kepanduan di Indonesia,” kata Azis kepada mereka.

Azis lalu menganjurkan federasi-federasi itu menjadi satu saja. Maksudnya, supaya dapat mencegah terealisasikannya rancangan Prijono tersebut. Dalam suatu rapat IPPINDO yang dipimpin Sri Sultan, Azis kemudian mengusulkan agar kepanduan di Indonesia disesuaikan dengan kepanduan Indonesia yang sudah merdeka. Usul itu didukung oleh Sri Sultan.

Azis diberi tugas oleh federasi kepanduan untuk membuat sebuah rencana yang kemudian diajukan dalam sidang kabinet yang dipimpin oleh Ir. Djuanda. pada sidang tersebut diajukan pula rancangan yang dibuat Prijono. Tapi, menurut Azis, sidang sengaja menempatkan acara tentang kepanduan itu sebagai yang terakhir, sehingga akhirnya sidang menundanya. Itu memang sengaja, agar memberi kesempatan kepada berbagai organisasi kepanduan untuk melebur diri jadi satu organisasi saja.

Kemudian Azis berhasil duduk di dalam suatu tim untuk mengadakan reorganisasi kepanduan bersama dengan Prijono, Menteri Achmadi, dan Sultan sendiri. Atas usul Azis, Bung Karno setuju untuk mengangkat Sultan sebagai ketua tim dan dia sendiri menjadi sekertarisnya. Sultan lalu menyuruh Azis menyusun sebuah rancangan anggaran dasar kepanduan. Tapi, diam-diam Prijono mengajukan rencana yang telah dibuatnya kepada Bung Karno, dan kemudian ditandatangani. Bung Karno mengira kertas kerja itu disusun oleh tim.

Untungnya rencana Prijono itu belum sempat diumumkan, dan masih ada di tangan Menteri Sekertaris Kabinet Mochammad Ichsan. Azus baru datang dari Surabaya buru-buru menemui Bung Karno dan menerangkan duduk perkaranya. Akhirnya Bungkarno membatalkan tandatangannya, sehingga rancangan Prijono itu juga batal.

Selagi Prijono ikut perjalanan presiden ke luar negeri, tim Sultan – tanpa Prijono – berhasil menyelesaikan sebuah rencana. Itulah yang kemudian ditandatangani oleh Ir. Djuanda yang menjadi Pejabat Presiden selama Bung Karno tidak ada ditempat.

Setelah kembali, Prijono protes. Sultan kemudian dipanggil Bung Karno ke Istana Bogor. Ternyata Prijono sudah ada disana. Prijono menghendaki agar janji kepada negara didahulukan dari janji kepada Tuhan, seperti yang tercantum dalam Janji Pramuka. Akhirnya Bung Karno mengambil jalan tengah agar anggaran dasar itu dicoba dulu. Sewaktu pulang ke Jakarta, di dalam mobil Sultan mengatakan anggaran dasar dan Janji Pramuka itu tidak akan diubah. Sultan pun tidak setuju dengan konsep Pionir Muda-nya Prijono yang berbau negara komunis.

Dalam anggaran dasar kepanduan yang ditandatangani Djuanda itu, kata “Pandu” diganti dengan “Pramuka”. Menurut Azis, istilah Pramuka itu berasal dari Sultan. Itu mengambil dari istilah poromuko, semacam pasukan yang berdiri paling depan dalam peperangan. Jadi, tak benar anggapan bahwa kata itu dikenalkan oleh Menteri Prijono yang memperkenalkan istilah Pionir Muda. “Istilah Pramuka sudah diperkenalkan Sultan dalam rapat Ciloto,” ujar Azis lagi.

Lalu supaya kata “Pramuka” sama dengan “Pionir Muda”, sebutan itu diakali seolah-olah merupakan singkatan Praja Muda Karana, yang artinya warga negara muda yang bekerja. Istilah itu didapat dari seorang mahasiswi Fakultas Sastra U.I. yang menjadi salah satu pemimpin kepanduan di Indonesia. Nama si mahasiswi itu tak lain dari Soemartini, sekarang Direktur Arsip Nasional.






So, sekarang Kakak pembaca dapat mengetahui arti kata Pramuka yang sebenarnya. Sekian dari Kak Scoutman semoga bermanfaat untuk Kakak Pembaca. Sayonara.. 






dikutip dari : www.kangdede.com/post/2685760880/asal-kata-pramuka